Pro dan kontra terjadi di masyarakat dan netizen terkait aksi penembakan ratusan burung jenis Bangau yang biasa bertengger di atas pohon Beringin yang berada di tengah kota Batusangkar, Tanah Datar, Sumatera Barat, pada Jumat sore lalu (14/10/2017).
Sebagian besar masyarakat mendukung apa yang telah dilakukan Perbakin cabang Tanah Datar dan beberapa kelompok menyayangkan tindakan tersebut.
Kapolres Tanah Datar AKBP. Bayuaji Yudha Prajasyang juga merupakan Ketua Perbakin menjelaskan rinci awal mula cerita hingga dilakukan penembakan ratusan burung bangau hari itu.
“Saya selaku ketua Perbakin Tanah Datar telah beberapa kali menerima keluhan dari masyarakat yang tinggal sekitar Pohon Baringin itu. Permasalahan bau dan tahinya telah membuat resah masyarakat sekitar, bahkan ada yang telah menderita sakit pernafasan akibat polusi udara disana, ” jelas AKBP. Bayuaji Senin (16/10).
Dikatakan Bayuaji bahkan surat tertulis kepada Pengurus Perbakin yang ditandatangani beberapa wali jorong di kecamatan Sungayang pernah diterima pada September lalu. Surat itu berisi permohonan berupa permintaaan untuk membantu mengurangi populasi bangau atau Kuntul. Bangau telah meresahkan masyarakat karena merugikan petani sawah dan peternak Tabek/kolam di daerah itu.
“Banyaknya keluhan, masyarakat sekitar lokasi hinggap dan berdiamnya bangau, dan petani serta peternak ikan di Tanah Datar akibat terlalu banyaknya populasi Bangau. Dampak yang jelas, jumlah Bangau yang sangat banyak, merugikan ekonomi masyarakat, membuat permasalahan ini menjadi sesuatu yang perlu dipikirkan solusinya, ” tutur Kapolres.
Lanjutnya, bahwa serangan Bangau yang telah berdampak tidak baik terhadap masyarakat pernah menjadi bahasannya dengan Bupati Tanah Datar, dan beberapa solusi untuk menguranginya pun alot diperbincangkan bersama Pemkab.
“80% dari anggota Perbakin Tanah Datar adalah kalangan petani dan peternak, mereka tentu lebih merasakan kerugian yang nyata akibat perkembangan polapulasi yang cukup drastis dari burung ini, ” tutur Bayuaji.
Kapolres menyatakan tindakan ini hanya merupakan antisipasi untuk mengurangi jumlah populasi Bangau yang ada di tempat tersebut, bukan memusnahkan.
“Kami dari Perbakin merasa terpanggil karena masyarakat telah begitu resah. Ini hanya upaya untuk mengurangi karena keluhan dari masyarakat sekitar, dan peternak kepada pemkab sangat banyak, ” sampainya.
Bahkan dikatakan AKBP. Bayuaji, dua orang wakil Dinas Peternakan saat penembakan hari itu ikut hadir atas permintaan pihak Kesbangpol Tanah Datar.
Dijelaskan Kapolres bahwa senjata yang digunakan pada aksi mengurangi populasi bangau ini adalah senjata senjata angin PCP standar yang diperbolehkan perbakin yaitu Kaliber 4,5 mm.
Sementara itu rabu (18/10/2017), Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi, membenarkan bahwa sebelum aksi yang dilakukan Jumat sore itu telah didiskusikan pihak Pemkab dengan Pengurus Perbakin.
“Benar ini telah kita diskusikan dengan pak Bayu, karena jumlah burung bangau saat ini sudah sangat menganggu masyarakat. Telah terjadi pencemaran udara. Ini sudah sangat menganggu sekali, saya sendiri telah mendapatkan pengaduan beberapa kali dari masyarakat sekitar termasuk warung-warung di bawah pohon beringin itu. Pemkab juga melakukan pembersihan minimal sekali seminggu, namun baunya tetap juga tidak hilang dan sangat menyengat, ” sampai Bupati.
Dijelaskan Bupati terhadap hal ini jauh hari telah didiskusikan dengan Ketua Perbakin. Dan Pemerintah sepakat untuk mengurangi jumlah Bangau yang telah sangat banyak ini.
“Masalahnya, kita sebenarnya harus berkoordinasi dengan pihak BKSDA mengenai hal ini. itu kelemahan kita, saya juga tidak berfikir pada waktu itu, saat diskusi dengan pak Bayu, Pokoknya semangat kami saat itu bagaimana usaha untuk membantu masyarakat, ” tegas Bupati.
Lanjutnya, sebenarnya masyarakat sekitar Tanah Datar telah mengeluh juga tentang kolam ikannya yang banyak habis di makan burung bangau ini
“Kita berada pada dua sisi, pertama aturan dan dampaknya di tenggah masyarakat, kami juga sepakat bersama Perbakin untuk membantu masyarak Tanah Datar, hanya kealpaaan kita untuk membicarakan hal ini dengan pihak BKSDA, ” tutur Bupati.
Disampaikan Bupati, waktu itu ia setuju hal ini dilakukan, jika hanya dikurangi populasinya, agar tidak menganggu udara sekitar dan menyelamatkan mata pencaharian Peternak Ikan.
“Pikiran Positif saja, ini bukan gagahan dari pihak Perbakin, hanya sebuah upaya membantu masyarakat Tanah Datar, ” tegas Bupati.
Terpisah, salah seorang masyarakat Koto Panjang Sungayang, Tanah Datar, Yul Hendri (48) menyatakan dengan jelas bahwa keberadaan Bangau saat ini sangat merugikan masyarakat bahkan telah membunuh sumber penghasilan penduduk.
“Secara ekonomi Bangau ini sangat merugikan masyarakat. Karena Populasi Bangau/Kuntul yang terlalu banyak saat ini telah membunuh salah satu sumber penghasilan penduduk Tanah Datar, yaitu dari perikanan, ” tuturnya (17/10).
Dikatakan Yul, Sebagai gambaran di kecamatan hampir semua kenagarian, dulu sawah adalah tempat pemeliharaan ikan yang paling bagus dan cepat. Ia mengatakan bahwa dulu para petani di daerahnya, setelah pengolahan lahan maupun setelah padi ditanam akan selalu dibarengi dengan beternak ikan. Tapi sekarang sudah tidak dilakukan lagi, karena percuma saja, masalahnya hasil ikan penduduk itu akan dipanen oleh Bangau/ Kuntul tersebut.
“Silahkan saja di cek atau di survei beberapa desa seperti Sijangek, Simpuruik, Minangkabau, Tiga Batu dan lain-lain. Tanyakan pada penduduk sekitar bermanfaat atau tidak burung-burung tersebut. Tapi yang pasti desa saya Koto Panjang, saat ini salah satu penghasilan potensial dari masyarakatnya telah mati akibat keberadaan bangau yang sangat banyak ini, ” jelas Yul Hendri.
0 Komentar